News and Blog

22 Dosen Muda Ikuti Higher Education tahap II

Higher Education Dosen
Berita

22 Dosen Muda Ikuti Higher Education tahap II

Purwokerto-Sebanyak 22 dosen muda IAIN Purwokerto mengikuti Wokshop Course Design on Higher Education tahap II, 29-31 Agustus 2016 di Lantai 4 gedung Rektorat. Kegiatan yang diadakan oleh Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dosen di bidang pendidikan. Adapun pemateri dalam kegiatan ini antara lain Dr. Sumiarti M.Ag, Dr. Suparjo, M.A. dan Sony Susandra, M.Ag.

Sekretaris LPM, Dr. Supani, M.A.mengatakan, tahap pertama sudah diselenggarakan 2-4 Mei 2016 untuk seluruh dosen dan tahap kedua ini untuk dosen-dosen muda. Warkshop ini untuk memberikan bekal bagi mereka dalam menguasai kelas secara aktif, kreatif, dan inovatif berdasarkan perencanaan pembelajaran yang matang dan terkonsep.

Menurut Wakil Rektor I Bidang Akademik, Drs. H. Munjin, M.Pd.I., para dosen sebelum mengajar pada semester baru ini harus mempunyai bekal yang cukup. “Apabila mereka dinyatakan lulus, mereka akan langsung mengajar minggu depan ini juga,” ungkapnya.

CopyIMG_2448
Drs. H. Munjin, M.Pd.I. Selaku Wakil Rektor I Membuka Acara Workshop Higher Education Tahap II

Munjin mengatakan dalam Pendidikan Tinggi, seorang dosen tidak boleh mengajar seenaknya sendiri. Dosen harus memiliki orientasi capaian pembelajaran yang jelas berdasarkan standar pendidikan nasional.

“Oleh karena itu, dosen harus menguasai materi yang akan disampaikan dan dapat menyampaikan dengan berbagai strategi agar mudah diterima oleh mahasiswa,” ungkapnya.

Dia menambahkan agar dosen-dosen muda itu mampu menginspirasi mahasiswa menjadi pembelajaran yang aktif. “Jangan sampai dosen mengajar kehabisan materi atau menjadi dosen yang membosankan dengan metode ceramah,” ujarnya.

Dalam sistem pembelajaran sekarang ini telah mengalami perubahan konsep yang berbalik, yakni dari teaching centred learning ke student centred learning. Sebab itulah, dosen di Perguruan Tinggi itu lebih berfungsi sebagai fasilitator dan evaluator yang dilakukan secara bersama-sama. “Di sisi inilah, pembelajaran dilakukan dengan tujuan pencapaian kompetensi mahasiswa, bukan tuntasnya materi” tuturnya

Dalam praktik pembelajaran, mahasiswa secara aktif mengembangakan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya. Tentunya, dosen mengarahkan mahasiswa dengan juga mengembangkan karakter akhlak mulia melalui banyak media dan metode.

Dalam kegiatan workshop, para peserta dibimbing untuk mengajar dalam ruang kecil berdasarkan silabus dan satuan acara perkuliahan yang sudah disesuaikan dengan Kurikulum kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.

Ubaidillah, M.E.I. (salah satu peserta) mengaku mendapat banyak gambaran tentang cara mengajar yang baik di kelas. Ia bahkan sudah bisa menyusun konsep pembelajaran sesuai Kurikulum KKNI. “Walaupun harus lembur karena waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas tersebut sangat terbatas,” ujarnya.

Leave your thought here

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *